Kamis, 27 Januari 2011

TITRIMETRI

TITRIMETRI

Analisis titrimetri dilakukan untuk mengetahui konsentrasi larutan yang belum diketahui dengan menggunakan larutan baku. Analisis tritimetrik disebut juga volumetri karena dalam pelaksanaannya diperoleh data yaitu volume larutan pereaksi baku dan volume larutan sampel.

Larutan baku adalah larutan yang telah diketahui secara tepat konsentrasinya. Jika suatu pereaksi dapat diperoleh dalam keadaan murni, maka untuk memperoleh larutan dengan konsentrasi tertentu cukup dilakukan penimbangan teliti jumlah tertentu pereaksi tersebut dan dilarutkan dalam volum tertentu. Larutan baku yang diperoleh dengan cara ini dinamakan larutan baku primer.

Suatu zat dapat menjadi baku primer jika memenuhi persyaratan-persyaratan berikut:

1. mudah diperoleh, dimurnikan dan dikeringkan (jika mungkin pada suhu 110-120 C) dan disimpan dalam keadaan murni.

2. tidak bersifat higroskopis dan tidak berubah berat selama penimbangan di udara.

3. zat tersebut dapat diuji kadar pengotornya dengan uji kuantitatif dan kepekaan tertentu.

4. sedapat mungkin mempunyai massa relatif atau massa ekivalen yang besar, sehingga kesalahan karena penimbangan dapat diabaikan.

5. zat tersebut harus mudah larut dalam pelarut yang dipilih.

6. reaksi yang berlangsung dengan pereaksi tersebut harus bersifat stoikiometrik dan langsung. kesalahan titrasi harus dapat diabaikan (tidak berpengaruh), atau dapat ditentukan secara tepat dan mudah.

Dalam praktek, zat baku primer yang ideal sukar diperoleh dan toleransi pada persyaratan diatas dapat dilakukan. Zat-zat yang biasa digunakan sebagai zat baku primer pada titrasi asam basa adalah antara lain, natrium(I) karbonat, natrium(I) tetraborat, kalium hidrogen ftalat, asam klorida dengan titik didih tetap, asam bensoat dan asam suksinat.



Cara pembakuan terbaik adalah dengan memakai jenis reaksi yang sama dengan macam reaksi yang terjadipada pemakaian larutan yang dilakukan tersebut. Larutan yang di bakukan terhadap larutan baku primer dinamakan larutan baku sekunder.

Keuntungan pemakaian natrium(I) tetrabonat dekahidrat adalah:

1. mempunyai massa relatif cukup besar (381,44)

2. mudah dimurnikan dengan cara penghabluran kembali

3. tidak memerlukan pemanasan untuk mendapatkan berat tetap

4. tidak higroskopis

5. titik akhir tajam diperoleh dengan memakai indikator metil merah pada suhu kamar, karena indikator ini tidak berpengaruh pada asam borat yang sangat lemah.

Reaksi antara asam klorida dengan natrium tetrahidrat adalah sebagai berikut:

Na2B4O7.10H2O + 2HCl —–> 2NaCl + 4H3BO4 + 5H2O

Untuk memperoleh boraks murni dilakukan penghabluran kembali dengan jalan melarutkan boraks dalam aquadest kemudian dipekatkan dan dihablurkan kembali pada suhu tak lebih dari 55C. Pemakaian suhu yang lebih tinggi dapat nmengakibatkan dihasilkan hablur pentahidrat (suhu transisi dekahidrat-pentahidrat adalah 61C).

Hablur kemudian disaring dengan cara penghisapan, dicuci 2 kali dengan air, 2 kali dengan alkohol dan 2 kali dengan eter. Tiap kali pencucian diikuti dengan penghisapan untuk menghilangkan kelebihan pencuci. Hablur ditempatkan pada suhu kamar selama 12-18 jam hingga kering. Boraks dapat disimpan dalam tempat tertutup selama 3-4 minggu tanpa mengalami perubahan yang berarti.

Indikator adalah zat yang ditambahkan untuk menunjukkan titik akhir titrasi telah di capai. Umumnya indicator yang digunakan adalah indicator azo dengan warna yang spesifik pada berbagai perubahan pH.

Titik Ekuivalen adalah titik dimana terjadi kesetaraan reaksi secara stokiometri antara zat yang dianalisis dan larutan standar. Titik akhir titrasi adalah titik dimana terjadi perubahan warna pada indicator yang menunjukkan titik ekuivalen reaksi antara zat yyang dianalisis dan larutan standar.Pada umumnya, titik ekuivalen lebih dahulu dicapai lalu diteruskan dengan titik akhir titrasi. Ketelitian dalam penentuan titik akhir titrasi sangat mempengaruhi hasil analisis pada suatu senyawa.



Syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk dapat dilakukan analisis titrimetri adalah sebagai berikut :

1. Reaksinya harus berlangsung sangat cepat.

2. Reaksinya harus sederhana serta dapat dinyatakan dengan persamaan reaksi yang kuantitatif/stokiometrik.

3. Harus ada perubahan yang terlihat pada saat titik ekuivalen tercapai, baik secara kimia maupun secara fisika.

4. Harus ada indicator jika reaksi tidak menunjukkan perubahan kimia atau fisika. Indikator potensiometrik dapat pula digunakan.



Alat-alat yang digunakan pada analisa titrimetri ini adalah sebagai berikut :

1. Alat pengukur volume kuantitatif seperti buret, labu tentukur, dan pipet volume yang telah di kalibrasi.

2. Larutan standar yang telah diketahui konsentrasinya secara teliti atau baku primer dan sekunder dengan kemurnian tinggi.

3. Indikator atau alat lain yang dapat menunjukkan titik akhir titrasi telah di capai.



Penggolongan analisis titrimetri ini, berdasarkan ;

1. Reaksi Kimia :

· Reaksi asam-basa (reaksi netralisasi)

· Reaksi oksidasi-reduksi (redoks)

· Reaksi Pengendapan (presipitasi)

· Reaksi pembentukan kompleks

2. Berdasarkan cara titrasi

· Titrasi langsung

· Titrasi kembali (titrasi balik/residual titration)

3. Berdasarkan jumlah sampel

· Titrasi makro

Jumlah sampel : 100 – 1000 mg

Volume titran : 10 – 20 mL

Ketelitian buret : 0,02 mL.

· Titrasi semi mikro

Jumlah sampel : 10 – 100 mg

Volume titran : 1 – 10 mL

Ketelitian buret : 0,001 mL

· Titrasi mikro

Jumlah sampel : 1 – 10 mg

Volume titran : 0,1 – 1 mL

Ketelitian buret : 0,001 mL






DAFTAR PUSTAKA


http://www.blogpribadi.com/2009/08/analisis-tritimetri.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

terima kasih banyak udah mau komen ^^