Senin, 31 Januari 2011

TERMOKIMIA

Termokimia

Termokimia merupakan ilmu yang membahas tentang panas
Energy merupakan kemampuan untuk melakukan usaha, energy di bagi dua yaitu energy kinetic dan energy potensial.
Yaitu energy yang di miliki benda yang sedang bergerak
Yaitu energy simpanan , energy yang di punyai benda karena benda itu tetarik atau di tolak oleh benda lain, besar enegri potensial tergantung jaraknya

Hukum kekekaLan energy

Energy tidak dapat di buat atau di musnahkan, energy hanya dapat di ubah dari satu bentuk ke bentuk lain

Energy kimia adalah energy potensial yang di punyai zat-zat karena adanya gaya tarik mearik dan tolak-menolak antara partikel-partikel atom. Sedangkan Panas merupakan energy kinetic benda. Perubahan energy dalam reaksi kimia ada dua macam yaitu perubahan endoterm da eksoterm. Perubahan eksoterm yang biasanya di tandai dengan ∆H yang bernilai negative,, adalah perubahan yang melepaskan energy ke sekelilingnya. Sedangkan Perubahan endoterm yang biasanya di tandai dengan ∆H yang bernilai positive,, adalah perubahan yang menyerap energy dari sekelilingnya. Satuan internasional untuk energy adalah JOULE (J),,, 1 J = 1 kgm2/s2
Kapasitas panas (C)adalah jumlah panas yang di butuhkan untuk mengubah temperature suatu benda sebesar 1 derajat celcius dengan satuan J/oC, sedangkan kalor jenis (c) adalah jumlah panas yang di perlukan untuk menaikan suhu 1 g zat sebesar 1 derajat celcius satuannya adalah J/g oC. Kalorimeter adalah alat yang di gunakan untuk mengukur panas reaksi. Kalorimeter di bagi manjadi dua yaitu calorimeter bomb dan calorimeter cangkir kopi.
System merupakan bagian dari yang kita pelajari. Contohnya larutan dalam gelas kimia, selain larutan dalam gelas kimia itu d sebut lingkungan. Bila system d isolasi dari lingkungan sehingga tak ada panas yang mengalir  maka perubahan tersebut di sebut perubahan adiabatic. Sedangkan perubahan yang terjadi pada temperature yang tetap disebut isotermik.

ENTALPI
Entalpi yang biasa di simbolkan dengan ∆H berasal dari bahasa yunani yaitu entalpien yang artinya memasukan panas. Perubahan entalpi mempunyai definisi :
∆H = Hakhir - Hawal
Definisi tersebut di sebabkan karena jumlah energy dari system termasuk jumlah dari semua energy kinetic dan energy potensialnya. Jumlah energy total tidak dapat diketahui karena tidak  mengetahui secara pasti berapa kecepatan pergerakan molekul dan berapa gaya tarik menarik dan tolak menolaknya antara molekul dalam system.  Perubahan eksotermik memiliki ∆H yang negative dan perubahan endotermik memiiki ∆H yang fositif.

HUKUM HESS
Contoh soal :
Di berikan persamaan termkimia berikut
2H2 + O2  ----->2H2O                                             ∆H = -571,5 kj
N2O5 + H2O  ----->2HNO3                                    ∆H = -76,6 kj
½ N2 + 3/2 O2 + ½ H2  ---->HNO3                       ∆H= -174 kj
Hitung ∆Ho untuk reaksi :
2N2 + 5O2 ----->2N2O5
Jawab
4HNO3 --->2 N2O5 +2 H2O                                    ∆H = 76,6 kj x 2 = 153,2 kJ
 2 N2 + 3 O2 + 2 H2  ---->4 HNO3                            ∆H= -174 kj x 4 = -696 kJ
2H2O ----> 2H2 + O2                                                                          ∆H = 571,5 kJ
--------------------------------------------------------------------------------------------- +
2N2 + 5O2 ---->2N2O5                                                                    ∆H = + 28,7 kJ





SUMBER
buku kimia dasar james brady 



TITRASI REDOKS

TITRASI REDOKS
Reaksi oksidasi reduksi atau reaksi redoks adalah reaksi yang melibatkan penangkapan dan pelepasan elektron. Dalam setiap reaksi redoks, jumlah elektron yang dilepaskan oleh reduktor harus sama dengan jumlah elektron yang ditangkap oleh oksidator. Ada dua cara untuk menyetarakan persamaan reaksi redoks yaitu metode bilangan oksidasi dan metode setengah reaksi (metode ion elektron).
Hubungan reaksi redoks dan perubahan energi adalah sebagai berikut: Reaksi redoks melibatkan perpindahan elektron; Arus listrik adalah perpindahan elektron; Reaksi redoks dapat menghasilkan arus listrik, contoh: sel galvani; Arus listrik dapat menghasilkan reaksi redoks, contoh sel elektrolisis. Sel galvani dan sel elektrolisis adalah sel elektrokimia. Persamaan elektrokimia yang berguna dalam perhitungan potensial sel adalah persamaan Nernst. Reaksi redoks dapat digunakan dalam analisis volumetri bila memenuhi syarat. Titrasi redoks adalah titrasi suatu larutan standar oksidator dengan suatu reduktor atau sebaliknya, dasarnya adalah reaksi oksidasi-reduksi antara analit dengan titran

Karena melibatkan reaksi redoks maka pengetahuan tentang penyetaraan reaksi redoks memegang peran penting, selain itu pengetahuan tentang perhitungan sel volta, sifat oksidator dan reduktor juga sangat berperan. Dengan pengetahuan yang cukup baik mengenai semua itu maka perhitungan stoikiometri titrasi redoks menjadi jauh lebih mudah.
Titik akhir titrasi dalam titrasi redoks dapat dilakukan dengan mebuat kurva titrasi antara potensial larutan dengan volume titrant, atau dapat juga menggunakan indicator. Dengan memandang tingkat kemudahan dan efisiensi maka titrasi redoks dengan indicator sering kali yang banyak dipilih. Beberapa titrasi redoks menggunakan warna titrant sebagai indicator contohnya penentuan oksalat dengan permanganate, atau penentuan alkohol dengan kalium dikromat.
Beberapa titrasi redoks menggunakan amilum sebagai indicator, khususnya titrasi redoks yang melibatkan iodine. Indikator yang lain yang bersifat reduktor/oksidator lemah juga sering dipakai untuk titrasi redoks jika kedua indicator diatas tidak dapat diaplikasikan, misalnya ferroin, metilen, blue, dan nitroferoin.
Contoh titrasi redoks yang terkenal adalah iodimetri, iodometri, permanganometri menggunakan titrant kalium permanganat untuk penentuan Fe2+ dan oksalat, Kalium dikromat dipakai untuk titran  penentuan Besi(II) dan Cu(I) dalam CuCl. Bromat dipakai sebagai titrant untuk penentuan fenol, dan iodida (sebagai I2 yang dititrasi dengan tiosulfat), dan Cerium(IV) yang bisa dipakai untuk titrant titrasi redoks penentuan ferosianida dan nitrit.

SUMBER
http://forum.upi.edu/v3/index.php?topic=15631.0

Kamis, 27 Januari 2011

TITRIMETRI

TITRIMETRI

Analisis titrimetri dilakukan untuk mengetahui konsentrasi larutan yang belum diketahui dengan menggunakan larutan baku. Analisis tritimetrik disebut juga volumetri karena dalam pelaksanaannya diperoleh data yaitu volume larutan pereaksi baku dan volume larutan sampel.

Larutan baku adalah larutan yang telah diketahui secara tepat konsentrasinya. Jika suatu pereaksi dapat diperoleh dalam keadaan murni, maka untuk memperoleh larutan dengan konsentrasi tertentu cukup dilakukan penimbangan teliti jumlah tertentu pereaksi tersebut dan dilarutkan dalam volum tertentu. Larutan baku yang diperoleh dengan cara ini dinamakan larutan baku primer.

Suatu zat dapat menjadi baku primer jika memenuhi persyaratan-persyaratan berikut:

1. mudah diperoleh, dimurnikan dan dikeringkan (jika mungkin pada suhu 110-120 C) dan disimpan dalam keadaan murni.

2. tidak bersifat higroskopis dan tidak berubah berat selama penimbangan di udara.

3. zat tersebut dapat diuji kadar pengotornya dengan uji kuantitatif dan kepekaan tertentu.

4. sedapat mungkin mempunyai massa relatif atau massa ekivalen yang besar, sehingga kesalahan karena penimbangan dapat diabaikan.

5. zat tersebut harus mudah larut dalam pelarut yang dipilih.

6. reaksi yang berlangsung dengan pereaksi tersebut harus bersifat stoikiometrik dan langsung. kesalahan titrasi harus dapat diabaikan (tidak berpengaruh), atau dapat ditentukan secara tepat dan mudah.

Dalam praktek, zat baku primer yang ideal sukar diperoleh dan toleransi pada persyaratan diatas dapat dilakukan. Zat-zat yang biasa digunakan sebagai zat baku primer pada titrasi asam basa adalah antara lain, natrium(I) karbonat, natrium(I) tetraborat, kalium hidrogen ftalat, asam klorida dengan titik didih tetap, asam bensoat dan asam suksinat.



Cara pembakuan terbaik adalah dengan memakai jenis reaksi yang sama dengan macam reaksi yang terjadipada pemakaian larutan yang dilakukan tersebut. Larutan yang di bakukan terhadap larutan baku primer dinamakan larutan baku sekunder.

Keuntungan pemakaian natrium(I) tetrabonat dekahidrat adalah:

1. mempunyai massa relatif cukup besar (381,44)

2. mudah dimurnikan dengan cara penghabluran kembali

3. tidak memerlukan pemanasan untuk mendapatkan berat tetap

4. tidak higroskopis

5. titik akhir tajam diperoleh dengan memakai indikator metil merah pada suhu kamar, karena indikator ini tidak berpengaruh pada asam borat yang sangat lemah.

Reaksi antara asam klorida dengan natrium tetrahidrat adalah sebagai berikut:

Na2B4O7.10H2O + 2HCl —–> 2NaCl + 4H3BO4 + 5H2O

Untuk memperoleh boraks murni dilakukan penghabluran kembali dengan jalan melarutkan boraks dalam aquadest kemudian dipekatkan dan dihablurkan kembali pada suhu tak lebih dari 55C. Pemakaian suhu yang lebih tinggi dapat nmengakibatkan dihasilkan hablur pentahidrat (suhu transisi dekahidrat-pentahidrat adalah 61C).

Hablur kemudian disaring dengan cara penghisapan, dicuci 2 kali dengan air, 2 kali dengan alkohol dan 2 kali dengan eter. Tiap kali pencucian diikuti dengan penghisapan untuk menghilangkan kelebihan pencuci. Hablur ditempatkan pada suhu kamar selama 12-18 jam hingga kering. Boraks dapat disimpan dalam tempat tertutup selama 3-4 minggu tanpa mengalami perubahan yang berarti.

Indikator adalah zat yang ditambahkan untuk menunjukkan titik akhir titrasi telah di capai. Umumnya indicator yang digunakan adalah indicator azo dengan warna yang spesifik pada berbagai perubahan pH.

Titik Ekuivalen adalah titik dimana terjadi kesetaraan reaksi secara stokiometri antara zat yang dianalisis dan larutan standar. Titik akhir titrasi adalah titik dimana terjadi perubahan warna pada indicator yang menunjukkan titik ekuivalen reaksi antara zat yyang dianalisis dan larutan standar.Pada umumnya, titik ekuivalen lebih dahulu dicapai lalu diteruskan dengan titik akhir titrasi. Ketelitian dalam penentuan titik akhir titrasi sangat mempengaruhi hasil analisis pada suatu senyawa.



Syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk dapat dilakukan analisis titrimetri adalah sebagai berikut :

1. Reaksinya harus berlangsung sangat cepat.

2. Reaksinya harus sederhana serta dapat dinyatakan dengan persamaan reaksi yang kuantitatif/stokiometrik.

3. Harus ada perubahan yang terlihat pada saat titik ekuivalen tercapai, baik secara kimia maupun secara fisika.

4. Harus ada indicator jika reaksi tidak menunjukkan perubahan kimia atau fisika. Indikator potensiometrik dapat pula digunakan.



Alat-alat yang digunakan pada analisa titrimetri ini adalah sebagai berikut :

1. Alat pengukur volume kuantitatif seperti buret, labu tentukur, dan pipet volume yang telah di kalibrasi.

2. Larutan standar yang telah diketahui konsentrasinya secara teliti atau baku primer dan sekunder dengan kemurnian tinggi.

3. Indikator atau alat lain yang dapat menunjukkan titik akhir titrasi telah di capai.



Penggolongan analisis titrimetri ini, berdasarkan ;

1. Reaksi Kimia :

· Reaksi asam-basa (reaksi netralisasi)

· Reaksi oksidasi-reduksi (redoks)

· Reaksi Pengendapan (presipitasi)

· Reaksi pembentukan kompleks

2. Berdasarkan cara titrasi

· Titrasi langsung

· Titrasi kembali (titrasi balik/residual titration)

3. Berdasarkan jumlah sampel

· Titrasi makro

Jumlah sampel : 100 – 1000 mg

Volume titran : 10 – 20 mL

Ketelitian buret : 0,02 mL.

· Titrasi semi mikro

Jumlah sampel : 10 – 100 mg

Volume titran : 1 – 10 mL

Ketelitian buret : 0,001 mL

· Titrasi mikro

Jumlah sampel : 1 – 10 mg

Volume titran : 0,1 – 1 mL

Ketelitian buret : 0,001 mL






DAFTAR PUSTAKA


http://www.blogpribadi.com/2009/08/analisis-tritimetri.html